Gencar Buka Peluang Ekspor, PPI Bidik Pasar Jerman
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) / PPI melaksanakan penandatangan nota kesepahaman dengan Saffron Group melalui daring pada (12/08/2021).
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama skema imbal dagang business-to-business (B-to-B) antara PPI dan Saffron Group ini membuka peluang peningkatan kerja sama perdagangan yang lebih besar di masa mendatang.
MoU ditandatangani oleh Direktur Utama PPI, Nina Sulistyowati, dan Managing Director Saffron Group, Ghassem Hassanzadeh.
Penandatanganan MoU ini menandai kali ketiga kerja sama imbal dagang B-to-B, setelah sebelumya bersama Meksiko dan Rusia. Pemerintah terus berupaya membuat terobosan baru dalam membuka peluang ekspor untuk membantu pemulihan perekonomian nasional.
Nina menyambut baik peningkatan skema imbal dagang B-to-B untuk mendorong ekspor.
“Kami selaku Badan Usaha Milik Negara turut mendukung inisiatif Kemendag melalui kerja sama skema imbal dagang B-to-B, khususnya untuk meningkatkan ekspor nasional dan memulihkan ekonomi Indonesia,“ tutur Nina.
Direktur Komersial & Pengembangan PPI, Andry Tanudjaja, optimistis kerja sama ini menjadi tonggak peningkatan kerja sama perdagangan kedua negara di masa yang akan datang.
“Penandatanganan MoU ini merupakan batu loncatan sekaligus tonggak kerja sama yang lebih baik di masa mendatang antara Indonesia dan Jerman. Selain meningkatkan hubungan dan kerja sama perdagangan bilateral kedua negara, perjanjian ini dapat mendorong perdagangan dalam rantai nilai global (global value chain) dan membantu pemulihan ekonomi dunia dari pandemi Covid-19,” papar Andry.
Saffron Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian & makanan, perdagangan, konsultan dan investasi.
PPI bertindak sebagai badan pelaksana imbal dagang di Indonesia dan Saffron Group merupakan badan pelaksana imbal dagang di Jerman. Keduanya akan segera menyusun kontrak kerja sama terkait nilai transaksi dan teknis pelaksanaan imbal dagang.
Sebagai badan pelaksana, PPI menjadi penghubung eksportir dan importir Indonesia terhadap pelaksana di negara mitra. PPI juga akan berkoordinasi dengan perbankan, lembaga asuransi serta penyedia transportasi untuk mendukung proses pelaksanaan. Kami akan berikan pilihan yang lebih luas kepada para pelaku ekspor dan barang-barang dari negara mitra yang bisa dibeli oleh para importir.
Penandatanganan dihadiri secara virtual antara lain oleh Ardian Wicaksono, Konsul Jenderal Republik Indonesia Hamburg – Jerman; Nurlisa Arfani, Atase Perdagangan Indonesia di Jerman; Eka Sumarwanto, Ketua ITPC Hamburg; Johni Martha, Sekretaris Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI; serta perwakilan dari BNI, Askrindo, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.
PPI sangat mendukung Kemendag yang sedang menggencarkan kerja sama imbal dagang B-to-B sebagai upaya membuat terobosan baru di bidang kerja sama perdagangan luar negeri.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi suatu terobosan baru untuk menggerakkan sektor perdagangan, meningkatkan ekspor nasional, dan memulihkan perekonomian secara keseluruhan, terutama dalam menghadapi tantangan krisis global saat ini akibat pandemi Covid-19.
Ardian Wicaksono, Konsul Jenderal Republik Indonesia Hamburg – Jerman, menyambut baik upaya kerja sama imbal dagang ini, yang merupakan terobosan skema perdagangan yang baik antara kedua belah pihak di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Data yang dilansir dari Kemendag, pada 2020 nilai total perdagangan ekspor non migas Indonesia ke Jerman tercatat sebesar 2,46 miliar dollar AS hal ini sedikit meningkat dari 2019 yang tercatat sebesar 2,40 miliar dollar AS. Hal ini ditopang oleh komoditas utama ekspor non migas Indonesia ke Jerman antara lain udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet, Tekstil dan Produk Tekstil, alas kaki dan furniture.
Sejak awal 2021, Kemendag menjajaki secara intensif skema imbal dagang B-to-B dengan 35 negara di dunia. Selain Jerman, terdapat setidaknya sembilan negara yang menyambut baik inisiatif Indonesia tersebut. Kesembilan negara yaitu Turki, Meksiko, Afganistan, Rusia, Belanda, Prancis, Filipina, India, dan Iran memberi respons positif untuk melanjutkan pembahasan secara teknis.
Sesuai arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkait peningkatan dan percepatan dalam kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengembangkan pasar produk nasional Indonesia, potensi pasar ekspor harus mendapatkan perhatian yang serius. Penyelesaian perundingan dengan negara-negara potensial mesti dipercepat. Ini adalah agenda prioritas karena menurut Presiden, di masa-masa seperti ini Indonesia membutuhkan pasar ekspor baru.
PPI sendiri juga terus upaya membuka pasar Indonesia di negara-negara tujuan ekspor nontradisional sekaligus mencari solusi bersama pemulihan ekonomi yang telah terimbas pandemi Covid-19.
Jerman merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia. Produk-produk ekspor unggulan Indonesia ke Jerman, antara lain minyak kelapa sawit, alas kaki, peralatan elektronik, pakaian dan asesoris pakaian, karet dan produk dari karet, mesin-mesin mekanik, kopi-teh & rempah-rempah, alat fotografi, kayu dan mebel.
Sementara, produk ekspor Jerman ke Indonesia umumnya barang manufaktur seperti kendaraan bermotor, kendaraan pengangkut, mesin untuk industri yang memproduksi produk plastik, packaging, peralatan, perkapalan, peralatan komunikasi, barang kimia, peralatan laboratorium, dan produk metal.
Saat ini, terdapat sekitar 250 perusahaan multinasional Jerman yang melakukan bisnis di Indonesia. Proyek investasi Jerman di Indonesia masih didominasi sektor-sektor metal dan machinery industry, industri kimia dan farmasi, transportasi, storage, dan industry komunikasi.
PPI dalam kiprahnya sebagai BUMN yang bergerak di bidang trading, selalu menyesuaikan strategic direction kami dengan para pemegang saham, dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN. Kami menjadikan pengembangan pasar ekspor ini sebagai strategic inisiatif PPI di holding pangan yang mengacu ke dalam 5 prioritas BUMN sebagai parameter KPI perusahaan.