EXTRA (Expert Berbicara) Bahas Pengembangan Bisnis melalui Pemanfaatan Rumput Laut Indonesia sebagai Komoditas Unggulan Ekspor

Divisi Manajemen Perubahan berkolaborasi dengan Sekretariat Perusahaan mengadakan acara talkshow EXTRA (Expert Berbicara) dengan tema “Pengembangan Bisnis melalui Pemanfaatan Rumput Laut Indonesia sebagai Komoditas Unggulan Ekspor”, secara hybrid pada (18/11/2022).

Narasumber yang dihadirkan yaitu Drs. Didi Sumedi, MBA (Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI), Marsma TNI Drs. Andy M. Taufik, M.D.S (Asisten Deputi Bidang Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI), dan Asep Ridwan (Founder dan sekjen Rumput Laut Center). Talkshow ini sendiri dimoderatori oleh Direktur Utama PPI, Nina Sulistyowati.

Didi Sumedi memaparkan bahwa kinerja ekspor produk rumput laut Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2017 hingga 2021 sebesar USD 348,49 juta. Indonesia melakukan pengembangan pasar ekspor produk rumput laut dengan negara tujuan ekspor: 1. RRT sebesar 68,33%, 2. Amerika Serikat sebesar 3,94%, 3. Korea Selatan sebesar 1,63%, 4. Perancis sebesar 1,17%, 5. Spanyol sebesar 1,00%.

Posisi Indonesia di industri rumput laut dunia saat ini merupakan sebagai penghasil produk carrageenan terbesar, di mana rumput laut merupakan salah satu komoditas utama perikanan yang diekspor dalam bentuk kering (raw material), ataupun produk olahan seperti karagenan, dan agar-agar. Ekspor masih didominasi rumput laut kering sebesar 93,2 %. Dampak sosial dari budidaya rumput laut membawa berbagai manfaat positif bagi penghidupan rumah tangga, termasuk pendapatan. Namun, industri rumput laut Indonesia dipengaruhi pada harga yang tidak stabil dan siklus produksi yang membuat pembudidaya rumput laut rentan.

Menurutnya, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional sedang melakukan program peningkatan ekspor dari segi supply side seperti; pendampingan desain dan konsultasi produk ekspor, Sertifikasi Produk Ekspor (HACCP/ISO 22000:2018, KI, Organik, Halal), kerja sama pembiayaan UKM ekspor, pendidikan dan pelatihan ekspor, export coaching program. Sedangkan dari segi demand side seperti; pameran luar negeri, trade expo Indonesia, promosi platform digital – Idn Store, Amazon (archipelago store), pameran virtual, misi dagang. Segi penunjangnya seperti; layanan informasi ekspor, Pilot Project Export Center Surabaya, kerja sama TPO untuk Capacity Building pelaku ekspor.

Marsma TNI Drs. Andy M. Taufik, M.D.S memaparkan tema “Sinergitas Kementerian/Lembaga Serta Dunia Usaha Dalam Program Penanggulangan Terorisme dan Repatriasi WNI Buruh Nelayan dari Sabah Malaysia”. Latar belakang perlunya sinergitas antara Kementerian/Lembaga Negara dengan Dunia Usaha adalah dikarenakan mulai beranjak naiknya harga pangan di seluruh dunia ditengarai akan memicu krisis global yang mendorong jutaan orang jatuh dalam kemiskinan esktrem.

Menurut laporan Bank Dunia, pada awal Oktober 2022 menunjukkan antara bulan Mei sampai dengan Agustus ini, inflasi di atas 5% terjadi di hampir seluruh negara berpenghasilan rendah (88,2%), berpenghasilan rendah ke bawah (91,1%), dan yang berpenghasilan menengah ke atas (93%).

Jika seluruh permasalahan di Indonesia tidak diselesaikan di tataran teknis, dapat menjadi permasalahan politik dan keamanan seperti krisis pangan di era Soeharto tahun 1998 dan tumbangnya Orde Lama 1966. Krisis pangan pada hakikatnya berupa kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh; kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, konflik sosial termasuk akibat perang. Oleh karena itu, negara harus memperkuat ketahanan pangan supaya terhindar dari krisis pangan yang kemudian bisa menyebabkan krisis nasional.

Adapun ancaman-ancaman faktual yang dihadapi negara ialah pelanggaran wilayah laut, pelanggaran wilayah udara, pelanggaran wilayah kedaulatan lainnya, bencana alam, bencana nonalam, ancaman siber dan teknologi, separatisme di Papua, terorisme/kelompok radikal ekstrimis, kamtibmas, spionase, dan campur tangan asing dalam kebijakan strategis negara, krisis pangan yang memicu krisis ekonomi.

Pemerintah mengeluarkan Perpres nomor 136 tahun 2014 yang berisi tentang pembayaran alutsista yang dibeli oleh Indonesia, tidak semuanya dibayar menggunakan devisa, dapat menggunakan komoditi agrarian dan perikanan serta produk industri pertahanan dan industri lainnya dengan cara imbal dagang (counter trade). Dalam hal ini PPI sudah tidak asing lagi dengan kegiatan imbal dagang karena telah dilakukan sejak lama. Oleh karena itu menurutnya, diharapkan PPI dapat menjadi leading sector bagi program imbal beli pengadaan alutsista pertahanan Indonesia.

Narasumber lainnya Asep Ridwan memberikan materi dengan tema “Rumput Laut Sebagai Primadona Bisnis Perikanan”. Paparan lebih berisi tentang pengenalan budidaya rumput laut, potensi dan teknis trading ekspor. Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Indonesia memiliki 45% spesies rumput laut dunia dan merupakan produsen terbesar rumput laut jenis Cottonii, di Indonesia terdapat 555 jenis. Nilai ekonomis rumput laut tergantung dari kandungan bahan koloid, yaitu agar-agar, keraginan, dan algin. Kandungan koloid terdiri dari asam dan garam yang dapat dikelompokkan berdasarkan kelas dan jenisnya. Di Indonesia, rumput laut yang dimanfaatkan masih terbatas sebagai bahan baku industri makanan agar dan ekspor.

Potensi budidaya hingga industri rumput laut di Indonesia berada di wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan luas 1.000 hektar, Nunukan, Kalimatan Utara dengan luas 500 hektar, dan Pulau Sasana, Maluku dengan luas 1.000 hektar.

Adapun jenis rumput laut bernilai ekonomis tinggi di Indonesia Eucheuma Cottonii, merupakan penghasil karaginan jenis kappa keraginan berupa jelly yang bersifat kaku, getas, dan kaku. Eucheuma Spinosum, merupakan penghasil karaginan jenis iota karaginan yang berupa jelly yang bersifat lembut, fleksibel dan lunak. Gracilaria, spp, merupakan jenis rumput laut yang bersifat agrofit yaitu jenis rumput laut penghasil agar-agar.

Dalam hal ini teknis trading ekspor rumput laut tidak kalah penting. Tahapan – tahapannya yakni perizinan (NIB, UPI, SKP, HCCP), proses rumput laut kering (kadar air 36% sesuai standar ekspor), pengiriman ke gudang (sortir dan press 100kg/bale, 1 cont ’20 feet, loading 200 bale = 20.000 kg), pengurusan dokumen ekspor (BL, COO, PEB, HC, Packing List, Invoice), pengiriman dari pelabuhan di Indonesia, pengiriman ke pelabuhan buyer (system payment: TT dan LC).